Arti Hidup Seekor Kepiting
Ketika anda pergi makan ke restoran seafood, Anda pasti tahu dengan hewan yang bercangkang dan suka mencapit. Bahkan mungkin anda yang membaca artikel ini langsung terbayang atau mengimajinasikan seekor kepiting. Di artikel ini kita tidak membahas apakah anda suka kepiting atau tidak suka kepiting ? Atau anda senang melihat kepiting tetapi tidak mau makan kepiting. Nah, apakah anda tahu bagaimana hidup seekor kepiting hingga bisa sampai ke restoran seafood? Ya, benar sekali , pasti anda menjawab karena dipancing orang dan dijual. Coba anda bayangkan bagaimana cara memancing kepiting? Ayo, baca kelanjutan artikel ini!
Dulu, sewaktu kecil, saya sering melihat orang menangkap kepiting dengan cara tradisional yaitu dengan menggunakan sebatang bambu atau ada juga yang menggunakan potongan gabus yang diikat dengan seutas tali dan kemudian ujung tali yang satu lagi diikatkan dengan batu kecil. Kemudian bambu atau gabus diayun agar batu sebagai umpan di ujung tali terayun menuju Kepiting sasaran.
Jika umpan tersebut terlihat oleh seekor kepiting, maka kepiting pasti akan mendekat. Biasanya dengan menyentak umpan tadi akan membuat kepiting terpancing untuk mendekat. Tujuannya untuk membuat kepiting merasa terganggu dan marah. Kalau hal tersebut berhasil maka Kepiting akan mencapit tali atau batu itu dengan sangat geram dan penuh emosi. Capitnya akan mencengkeram kuat tali atau batu sehingga ketika bambu atau gabus diangkat akan ada seekor kepiting yang sedang marah.
Demikianlah perjalanan hidup seekor kepiting yang pemarah. Sampai di restoran, kepiting tersebut sudah menjadi seekor kepiting pemarah yang tidak berdaya. Kepiting diambil koki lalu diarahkan menuju sebuah wajan besar yang sudah diisi dengan air dan siap menghangatkan kepiting pemarah menjadi santapan tamu restoran karena di bawah wajan itu ada sebuah kompor dengan api merah menyala yang membuat air tersebut mendidih. Saat koki mencelupkan kepiting pemarah itu ke dalam wajan tersebut, seketika kepiting yang suka mencapit karena marahnya, tubuhnya berubah menjadi merah, tak lama kemudian semakin matang dan bisa dinikmati menjadi kepiting rebus ataupun kepiting dengan saus tiram atau saus padang yang pedas dan sangat lezat. Kepiting itu menjadi korban santapan karena kemarahan, kegeraman dan emosinya atas gangguan terhadap sebatang bambu atau gabus , seutas tali dan sebuah batu kecil.
Dalam hidup ini janganlah memilih hidup seperti seekor kepiting yang mudah marah. Ada banyak orang ketika jatuh dalam kesulitan, menghadapi masalah, kehilangan peluang, kehilangan jabatan, karirnya hancur, putus asa bahkan kehilangan segalanya karena “MARAH” . Jadi, mulai hari ini selesai anda membaca artikel ini, kalau anda menghadapi gangguan, rintangan dan tantangan baik itu ibarat batu kecil atau batu besar, hadapilah dengan bijak, redam kemarahan sebisa mungkin, lakukan penundaan beberapa detik dengan menarik napas panjang dari hidung 3x, buang dari mulut kalau perlu dengan teriakan haaaaa. Lalu ambil air, cuci muka atau basuhlah tangan dengan air dingin, agar marah atau emosi anda mereda dan anda terlepas dari ancaman wajan panas yang bisa menghancurkan masa depan anda.